“sedang manga iya?”
“lah makan ya?”
“lai ndak sakik-sakik iya disitu”
“jan maleh-maleh makan nak..”
Ahh.. kalimat-kalimat itu selalu rutin bertandang paling
tidak satu kali seminggu, bagaikan hormon adrenalin, menghilangkan penatku
setelah seminggu kuliah, menambah semangatku, menutup akhir pekanku dengan
senyuman...
“Udah gede iya pa.. tak perlu khawatir lagi, iya insyaAllah
bisa kok jaga diri, insyaAllah jaga kesehatan juga..” rasanya ingin menjawab
dengan kalimat itu, tapi kuurungkan, aku masih ingin dan selalu ingin mendengar
pertanyaan-pertanyaan itu setiap akhir minggu.
Baginya aku tetap anak
bungsunya, gadis kecilnya, putri satu-satunya, yang akan selalu
dikhawatirkannya walaupun aku sudah menjadi ‘orang’ nantinya (insyaAllah..),
dan aku ingin tetap diperlakukan seperti itu. :’)
-----
“Pa.. carito pa..”
“gendong pa..”
“Suok’an iya ciek pa..”
“itu urang jua roti pa, urang jua eskrim, balon..”
Waktu kecil, hampir setiap malam, selalu ada cerita. Apa saja..
Papa tak pernah kehabisan ide untuk mengantarkanku ke alam mimpi. Kalaupun ia
sedang lelah, ia tetap bercerita, dengan caranya sendiri... “Apa ado carito,
judulnyo ‘Si Aniang’..” lalu ia mulai bercerita dalam diam.. “pa, carito lah pa”,
“iko Apa sedang carito mah, nyo carito ‘Si Aniang’..” hahahaaa paham kan?? Cerita
‘Si Aniang’ maksudnya ’Si Diam’, jadi yaa, ceritanya juga dalam diam. Begitulah
jika ia sedang lelah membacakanku sebuah cerita. Papaku memang unik :D
Saat masih kecil, Papa idolaku. Kata
Ibu, waktu kecil aku selalu percaya apa yang Ia katakan, bagiku semua yang
dilakukannya itu hebat dan luar biasa. Aku dibelikan jaket motor mini karena
suka diboncengi naik motor, mancing, main layangan, nonton bola di lapangan
bola, nonton piala dunia tengah malam, sholat berjama’ah.. (masa kecilku
terlalu cepat berlalu..)
-----
Masa SMP dan SMA..
“Apa jo Ibu sakali sabulan ka Padang yo Ya...” Papaku bilang
begitu, tapi ia tetap mengunjungiku setiap minggu kunjungan, sekali dua minggu.
Pergi ke Basko Plaza, memborong isi swalanyannya, bekalku selama seminggu, plus
beli roti di BreadTalk. Makan siang di Ajo Paris, di Lolong, jalan Veteran (bagi
Papaku, kalau belum makan siang disitu, berarti belum sampai di Padang, belum
afdhol..)
“Ko piti lanjo”, “Banyak bna pa,
piti lanjo potang masih siso”, “ndak baa do, sebagian di tabuang, jan ditahan
salero, balanjo yang sehat-sehat” begitulah.. ia berusaha agar aku tidak
kekurangan.
Saat gempa yang meluluh
lantakkan kota Padang tanggal 30 September 2009 jam 5 sore, esoknya jam 7 pagi
papa ibu sudah ada di sekolah, memastikanku baik-baik saja, entah jam berapa
mereka berangkat dari rumah. “ha, kamari Apa? :D, kan sakolah iya lai di tompek
tinggi, kok sunami insyaAllah ndak ka sampai kamari do..”, “ndehh, anak ko
lai.. kok longsor bukik tu baa? Kok tatimbun iya baa? Itu yang tapikia dek Apa,
dak sunami do..” ya ampun Pa.. terimakasih.. :’)
-----
Mulai kuliah..
Mungkin ia semakin khawatir, aku sekolah makin jauh dari
rumah, tak punya satupun keluarga di Medan.. Papa khawatir, tapi ibu berusaha
tegar. Kata ibu.. “kalau dak ado keluarga disitu, awak cari keluarga baru”.
Desember 2012 papa meneleponku, memberi kabar paling gembira
di dunia.
“Ya, bulan februari Apa jo Ibu insyaAllah pai umroh”
“waahhhh.. alhamdulillah pa :D, tapi februari iya sedang
libur semester mah pa, kok Apa jo Ibu pai, samo sia iya di rumah?”
“Iya ikuik lo samo Apa pai umroh”
“ha!!?? Serius pa??”
“iyo”
“yobana pa??”
“iyo”
“eee.. Apa bagorah mah”
“ndak bagorah do, Apa serius ko mah”
“aaaaa yobana pa??? Serius pa???”
“iyoooooooooooooooooooo”
*sujud syukur* :’D
Di Makkah aku melihatnya berdoa sangat
khusyuk, aku tau namaku ada dalam doanya
Ahhh..
tak cukup kata untuk ungkapkan begitu ‘sesuatunya’ ayahku..
Selamat ulang tahun pa.. ayah terbaik sedunia.
Semoga Allah selalu ‘memelukmu’, semoga selalu mudah
rezekimu pa..
Tetaplah menjadi seorang yang bermanfaat pa, di keluarga
juga di masyarakat..
Sehat-sehat saja lah pa.. jangan sampai sakit..
Moga berkah usiamu pa, yang berlalu juga sisa umurmu..
Semoga segala kebaikan selalu menyertaimu..
Kami mencintaimu pa..
Ayah terbaik sedunia, juga suami terbaik sedunia (bagi ibu
hihihi :P)
Wahh, berlinang air mata membacanya :) ...
BalasHapusSecemas-cemas anak pada orang tuanya, jauh berpangkat2 kali lipat cemas orang tua pada anaknya.
ehh.. ado da david..
BalasHapusmalu hnsty dibaco dek uda ^^
Keren kak, terharu dayah bacanya :),
BalasHapusHehe.. sering2 main ke blog ini ya dayah :)
BalasHapus